Musik Bisa Menyembuhkan

Info Kesehatan Apa yang Anda lakukan di saat lelah atau resah? Mungkin Anda menenangkan diri dengan berolahraga, jalan-jalan di pusat pertokoan, atau bersantai di rumah sambil mendengarkan musik. Ya, yang terakhir ini bisa menjadi cara ampuh untuk menenangkan diri atau menyembuhkan 'hati yang sakit'.

Terapi musik
Alkisah, musik sudah digunakan sebagai terapi sejak zaman Yunani Kuno oleh para filsuf, di antaranya  Plato dan Phytagoras. Musik juga dipercaya bisa membantu memulihkan mental para korban perang. Berinteraksi dengan musik – apalagi secara aktif, misalnya: bernyanyi dan memainkan alat musik - terbukti dapat
memberi keselarasan fisik, mental, dan spiritual.

“Musik adalah getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ pendengaran, dan disampaikan kepada susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu dalam diri kita,” ujar Monty Satiadarma, psikolog dan art therapist. Ia menambahkan, yang disampaikan musik bukan bunyi semata, tapi integrasi dari beragam sumber bunyi yang memiliki timbre (warna nada), ritme (irama), intonasi, dan yang paling penting, harmoni.

Dengan demikian, jika rangsang (stimulus) itu terintegrasi dan bersifat harmonis, maka diharapkan sel penerima dalam tubuh akan menginterpretasikannya dalam bentuk yang harmonis pula. Integrasi inilah yang akan membangkitkan respon pada pendengarnya. Maka jika mendengarkan musik, kita cenderung mengikuti iramanya, misalnya dengan mengetukkan jari-jari tangan atau membayangkan irama itu di dalam pikiran.

Vibrasi (getaran udara) yang dihasilkan alat musik mempengaruhi getaran udara di sekelilingnya. Karena itu, bukan hanya telinga yang mampu menangkap stimulus musik, tetapi juga saraf pada kulit dan organ vestibul (di sekitar belakang telinga) yang merupakan alat keseimbangan tubuh. Melakukan terapi musik tidak hanya mendengarkan musik. Istilah terapi memiliki tujuan lebih dalam, yaitu mengubah kondisi negatif menjadi positif. Kalau di saat marah Anda mendengarkan musik lalu marah Anda mereda, berarti musik tersebut memiliki dampak penyembuhan (terapeutik).

Di sisi lain, kalau pikiran Anda sedang ‘kusut’ dan mendengarkan musik 'rumit' seperti Sabre Dance dari Aram Khachaturian, misalnya, mungkin kondisi Anda tidak menjadi lebih baik, melainkan justru tambah mumet. Jadi, tidak semua musik dapat memberi efek terapi.

Dalam menangani kasus dengan terapi musik, Monty biasanya menggunakan alat untuk mengukur suhu kulit. Perubahan suhu akan menunjukkan reaksi seseorang saat mendengarkan musik. “Kalau dia semakin relaks, saya akan melanjutkan terapi. Tapi kalau dia semakin tegang, berarti musik harus diganti  karena tidak sesuai dengan kondisi psikologisnya,” ungkap  Monty.

Fisiologis dan psikologis
Unsur-unsur dalam setiap jenis musik dan alat musik dapat mempengaruhi tubuh secara fisiologis maupun psikologis. Misalnya perkusi (alat musik pukul) bekerja karena benturan benda padat, akan menghasilkan hentakan yang mempengaruhi detak jantung. Sedangkan irama musik bisa mempengaruhi irama tubuh. Maka, jika irama tubuh dalam kondisi cepat, Anda dapat membuatnya lebih tenang dengan mendengarkan musik berirama lambat.

Selain itu musik dapat mempengaruhi fungsi psikologis, antara lain kognitif (pikiran) dan emosi. Musik dapat membuat Anda teringat akan suatu hal. Bahkan musik juga mampu menggugah emosi atau perasaan, karena pada dasarnya musik memang diciptakan dari emosi pembuatnya. Misalnya, Anda mendengarkan lagu Indonesia Raya – meskipun tanpa lirik - maka timbul rasa hormat. Atau ketika mendengarkan suatu jenis musik, Anda teringat pada peristiwa di masa lalu yang membangkitkan emosi tertentu.

Kesimpulannya, vibrasi yang dihasilkan oleh musik dapat mempengaruhi fisik, sedangkan harmoninya berpengaruh secara psikis.  Jika vibrasi dan harmoninya tepat, musik dapat menimbulkan perasaan nyaman di dalam diri pendengarnya. Hal ini akan membuat metabolisme tubuh berfungsi secara maksimal, sehingga tubuh pun merasa lebih bugar dan sistem pertahanan tubuh bekerja lebih baik. Tidak ada 'rumus' musik tertentu pada terapi musik. Musik yang tepat untuk seseorang, belum tentu cocok untuk orang lain. Musik klasik, misalnya, memiliki spektrum yang luas dan kaya. Seorang terapis akan mencari bagian yang paling tepat untuk kliennya.

Menurut Monty, akan lebih baik jika terapis mampu membuat kompilasi musik khusus sesuai dengan kebutuhan klien, sesuai dengan hasil  pemeriksaan (assessment) yang dilakukan sebelumnya. Di samping itu, jika klien melakukan secara aktif – tidak hanya sekadar mendengarkan musik -- misalnya dengan belajar menyanyi atau memainkan alat musik, terapi musik akan memberi efek lebih baik. Karena, di sini musik menjadi sarana untuk mengekspresikan diri. Umumnya terapi musik dilakukan pada orang yang menyukai musik saja, karena setiap orang memiliki selera dan daya tangkap berbeda-beda, sesuai kepekaan inderanya. Maka, jika seseorang tidak suka musik, terapi musik pun tidak akan memberi dampak  apa pun pada dirinya.

(Bersambung)

0 Response to "Musik Bisa Menyembuhkan"

Posting Komentar